Pages

Jumat, 16 Maret 2012

Mangrove

Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau.
Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah:
1. Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
2. Memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.
3. Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora
4. Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :
1. Tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama
2. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
3. Daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
4. Airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi*zona mangrove,adalah faktor fisik yang diterangkan yaitu pasana surut. Kisaran pasang surut dan tipenya bervariasi bergantung pada keadaan geografi bakau. Mangrove berkembang hanya pada perairan yang dangkal dan daerah intertidal, sehingga sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan kisaran vertikalnya yang membedakan periodesitas penggenangan hutan. Periodisitas penggenangan ini kelihatannya penting dalam membedakan kumpulan bakau yang dapat tumbuh pada suatu daerah dan mungkin berperan dalam membedakan tipe-tipe zonasi ( Nybakken,1988 ).
Jenis-jenis mangrove antara lain: Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata,(jenis Rhizophora sp adalah yang paling identik dengan hutan mangrove), Bruguiera gymnorhiza, Ceriops decandera, Ceriops tagal, Eksocaria agalocha, Lumnitzera recamoza, Aicennia alba, Avicennia mariana, Xylocarpus granatum, Acanthus ilicifolius, Agiceras corniculatum, Nypa Fruticans, Sonneratia alba (ini merupakan beberapa jenis dari mangrove), sedangkan Metroxyllon saggo dan Pandanus sp, seringkali dipakai beberapa peneliti untuk mengelompokannya kedalam jenis tumbuhan yang berada di hutan mangrove karena berada pada daerah peralihan antara hutan bakau dan hutan rawa.
Komposisi flora yang terdapat pada ekosistem mangrove dapat berupa pohon bakau ( Rhizopora ), api-api ( Avicennia ), pepada ( Sonneratia ), tanjang ( Bruguera ), nyrih ( Xylocarpus ),tengar ( Ceriops ), buta-buta ( Excoecaria ) ( Rommimohtarto dan Sri, 2001 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar